Rabu, 25 Januari 2012

Pak Bimbang

Hari ini emang tidak seperti biasanya, Gue dikejutkan dengan perkataan nyokap yang terkesan mendadak. “Ibu hari ini ke Samarinda.” Kata nyokap gue.
“Dalam rangka apa ? Kok mendadak banget?” kata gue sambil membuat sarapan. “Iya, ibu mau ke Samarinda untuk beli buku.” Kata ibu gue dengan sambil berkaca di depan cermin.

“Terus nanti makan & minum dan lainnya gimana dong bu ?” kata gue dengan lugu seperti yang ada di dalam sinetron ketika Wisnu akan meninggalkan Fitri untuk berangkat dinas keluar kota. “Udah tenang aja kan udah ada mbok di belakang, lagian juga kamu pasti nanti pulang sekolah kelayapan.” Kata nyokap sambil mengejek.

Memang iya, setiap orang tua gue pergi keluar kota atau pergi pengajian, gue selalu aja pergi kerumah temen atau main internet tanpa ada yang bias menghalangi gue.
“Iyasih tapikan, ini mendadak banget bu.” Gue masih berdebat walaupun sebenarnya seneng. “Udah sarapan sana, yang penting belajar ya, jangan terpengaruh dengan teman.” Dan itu terakhir kalinya sebelum ibu gue pergi ke Samarinda.

Setelah sarapan selesai gue pun bergegas untuk ke depan rumah sambil menunggu bis yang cukup lama untuk waktu sepeti sekarang ini. Dalam hati gue, gue seneng gak ada orang tua yang bakal ngingetin kita. Namun pikiran itu terpecah oleh anak tetangga yang baru berumur 8 tahun.
“Ibunya tadi pergi ya ?” Tanya anak tetangga gue yang masih lugu dan lucu, walaupun masih lucuan yang di tanya.

“Iya, emang kenapa ?” Tanya gue dengan sok cool. “Gapapa sih, cuma mau minta oleh-oleh aja hehe.” Kata anak tetangga gue dengan gaya yang lebih cool.
Dalam hati gue, “Gue aja ga pernah minta oleh-oleh kok.” Namun lamunan itu terpecah saat bis yang gue tunggu-tunggu itu datang.

Layaknya anak yang akan menaiki bis, gue berjalan dengan cool karena gue tau yang ngeliat gue dari kaca jendela bis adalah orang-orang SMA.
Sesampainya di sekolah, seperti biasa yang gue harus lakukan adalah menyalimi guru-guru cowok yang sudah berdiri di depan gerbang layaknya ada acara sunatan massal. Dan seperti biasa sekolah pun berjalan seperti biasanya hingga pukul 15.45.

“Sore kemana? Mau ikut jogging atau fitness ?” kata Kevin yang waktu itu pulang barengan sama gue.

“Fitnes aja deh ya, udah lama nih gak fitness.” Jawab gue seakan gue yang dulunya sering ke tempat begituan, padahal gak !

“Oke ntar ku jemput kamu Dhli.”

“Iya datang aja habis sholat ashar.”

Namun sesampai dirumah gue teringat dengan ucapan temen gue pada saat istirahat pertama. “Masa’ kalah sama mereka? Mereka beberapa hari ini mau hunting foto loh !”. Seakan sabetan tali pramuka yang sudah di ikat dengan simpul lasso, gue “terbakar” dengan omongan mereka. Dan gue memutuskan untuk pergi ke lapangan futsal untuk mengambil beberapa foto.
Gue dengan sigap langsung menelpon Kevin.

“Oy! Gausah ke fitness ya, kita ke lapangan futsal aja, mau ngambil gambar nih.”
Untung saja dengan kemurahan hati Kevin, gue bisa pergi mengambil gambar anak-anak pada saat mereka main futsal. Dalam hati gue, gue berfikir “Wah labil jug ague, kayak orang bimbang aja, atau jangan-jangan gue kena imbasnya? Karena gue dulu suka manggil guru Biologi dengan sebutan (maaf) Pak Bimbang, karena nama aslinya itu Pak Bambang.”
Namun semua itu gue lupain, namanya remaja tentu punya jiwa “Pak Bimbang” yang selalu labil setiap saat. Layaknya agen 007, gue segera menyiapkan senjata gue (baca : kamera).

Dan akhirnya pun gue di jemput Kevin dan segera menuju lapangan futsal dengan selamat. Sesampai disana baru terasa sekali jiwa “Pak Bimbang” memasuki hati dan pikiran gue. “kalau kayak gini apa yang mau di foto?” Semua terasa bimbang disini. Dan akhirnya gue bias memotret anak-anak yang sedang asik bermain futsal dengan bimbang.

Pada saat gue memotret orang yang sedang bermain futsal, banyak yang memuji dengan “Wuih, kameranya bung mahal pasti sekali.” “Asik fotographer satu ini haha.” Tapi ada juga yang mengejek seperti “Bisa apasih kamu ? *sambil tertawa.” Namun gue dengan santai menjawab “Masalah buat lo ?” seperti yang suka ada di iklan dan acara di tv.

Setelah itu gue dan rombongan futsal pulang dangan hati senang. Setelah pulang di antar Kevin gue merenungi kejadian gue tadi. “Kenapa gue hari ini bimbang banget ya ?” kata itu selalu berputar-putar seperti anak kecil berusia 3 tahunan meminta bermain kemudi putar di area bermain.

Jelas hari ini sungguh bimbang. Walaupun tidak terlalu bimbang, gue yakin hari ini akan menjadi hari bimbang gue. Mungkin sore hari itu di akhiri dengan marahnya ibu yang ternyata lebih cepat pulangnya daripada perkiraan gue. Jadi gue di omelin, karena ga belajar seharian, memang kalau udah miris pasti apa aja jadi jelek. Huh !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar